Filosofi pendidikan di pesantren selalu menempatkan Etika dan Adab di atas segalanya, bahkan mengungguli pencapaian akademis. Konsep ini bukan sekadar norma sosial, melainkan fondasi utama yang membentuk karakter santri secara menyeluruh, memastikan bahwa ilmu yang didapatkan disertai dengan akhlak mulia. Lingkungan pondok pesantren dirancang sedemikian rupa sehingga setiap interaksi, mulai dari berbicara dengan guru hingga cara berjalan di area asrama, menjadi pelajaran non-stop mengenai tata krama. Inilah kunci utama mengapa lulusan pesantren seringkali dikenal memiliki sopan santun dan integritas yang tinggi.
Pentingnya Etika dan Adab ini tercermin dalam pepatah pesantren klasik: al-adabu fauqal ilmi (adab di atas ilmu). Prinsip ini diimplementasikan melalui aturan yang sangat rinci tentang bagaimana santri seharusnya bersikap. Misalnya, cara santri berbicara dengan Kiai atau Ustadz harus menggunakan bahasa yang halus dan menghindari kontak mata langsung sebagai tanda penghormatan. Di Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur, santri diwajibkan menjabat tangan setiap guru yang mereka temui, sebuah ritual sederhana yang menguatkan rasa hormat dan koneksi antara murid dan pendidik. Ritual ini dilakukan rutin setiap hari, khususnya saat pergantian jam pelajaran, yang dimulai tepat pukul 07.00 pagi.
Etika dan Adab juga mengatur interaksi antar-santri, khususnya antara senior dan junior. Santri senior wajib memberikan contoh yang baik, sementara santri junior harus menghormati dan patuh pada arahan senior. Sistem ini adalah simulasi kehidupan sosial di mana santri belajar hierarki, kepemimpinan, dan kerendahan hati. Pelanggaran terhadap adab umum, seperti berbicara keras di masjid, menggunakan fasilitas umum secara sembarangan, atau meninggalkan alas kaki tidak rapi di depan kamar, tidak dianggap sebagai kesalahan kecil. Pelanggaran ini akan dicatat oleh petugas keamanan pondok dan ditindaklanjuti dengan sanksi edukatif, yang menekankan bahwa keteraturan adalah bagian dari adab.
Selain dalam interaksi sosial, Etika dan Adab juga diperluas hingga ke ranah spiritual dan intelektual. Adab dalam menuntut ilmu mengajarkan santri untuk bersungguh-sungguh, menjaga kebersihan kitab, dan menghormati sumber ilmu. Misalnya, saat pengajian kitab Taqrib pada hari Selasa malam pukul 20.00, santri diajarkan untuk duduk dengan tenang, mencatat dengan rapi, dan tidak memotong pembicaraan guru. Keseluruhan lingkungan pondok, mulai dari tata ruang asrama yang sederhana, jadwal harian yang ketat, hingga sistem pengawasan oleh pengurus, secara kolektif berupaya menanamkan kebiasaan baik ini. Dengan menjadikan adab sebagai fondasi, pesantren berhasil mencetak individu yang tidak hanya pandai, tetapi juga berkarakter dan berintegritas tinggi.