Pada tahun 1926, sebuah tonggak sejarah penting ditorehkan dalam dunia pendidikan Islam Indonesia. Tepatnya pada 12 Rabiul Awwal 1346 H, atau 20 September 1926, Trimurti — K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin Fananie, dan K.H. Imam Zarkasyi — secara resmi mendirikan kembali Pondok Gontor. Pendirian ini menandai berdirinya Tarbiyatul Athfal (TA), sebuah nama yang kelak menjadi cikal bakal Pondok Modern Darussalam Gontor.
Keputusan berdirinya Tarbiyatul Athfal bukan tanpa alasan. Setelah wafatnya Kiai Santoso Anom Besari, Gontor Lama sempat mengalami kevakuman kepemimpinan. Trimurti, yang saat itu masih sangat muda, merasa terpanggil untuk menghidupkan kembali semangat pendidikan dan dakwah yang telah dirintis oleh leluhur mereka, dengan visi yang lebih maju.
Nama “Tarbiyatul Athfal” yang berarti “pendidikan anak-anak” atau “pembinaan anak-anak” dipilih dengan penuh makna. Ini menunjukkan fokus awal Trimurti pada pendidikan dasar dan pembentukan karakter sejak usia dini. Berdirinya Tarbiyatul Athfal adalah upaya fundamental untuk membangun pondasi yang kuat bagi generasi penerus.
Meskipun namanya “Tarbiyatul Athfal,” sistem pendidikan yang diterapkan oleh Trimurti memiliki keunikan tersendiri. Mereka mulai mengintegrasikan ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum, serta mengajarkan bahasa Arab dan Inggris. Athfal menjadi embrio bagi konsep pendidikan pesantren modern yang holistik.
Sejak awal, berdirinya Tarbiyatul Athfal telah menunjukkan semangat kemandirian dan inovasi. Trimurti bekerja keras dengan sumber daya yang terbatas, namun dengan tekad yang tak tergoyahkan. Mereka menghadapi berbagai tantangan, termasuk keterbatasan finansial dan resistensi terhadap ide-ide pembaharuan mereka.
Keberhasilan berdirinya Tarbiyatul Athfal dan perkembangannya yang pesat tidak lepas dari kepemimpinan kolektif Trimurti. Dengan perpaduan keahlian manajerial, intelektual, dan spiritual, mereka berhasil membangun sebuah lembaga pendidikan yang adaptif dan relevan dengan kebutuhan zaman, sambil tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam.
Dari berdirinya Tarbiyatul Athfal inilah, Pondok Gontor kemudian terus tumbuh dan berkembang. Ia tidak hanya menjadi pusat pendidikan yang disegani, tetapi juga inspirasi bagi banyak pesantren lain di Indonesia untuk melakukan modernisasi tanpa kehilangan identitas keislaman.
Singkatnya, berdirinya Tarbiyatul Athfal pada tahun 1926 oleh Trimurti adalah momen krusial yang menandai lahirnya kembali Pondok Gontor. Ini adalah awal mula sebuah lembaga pendidikan yang mengintegrasikan ilmu agama dan umum, dengan fokus pada pembentukan karakter, menjadi fondasi bagi pesantren modern yang berkembang pesat hingga saat ini