Pondok pesantren memiliki rahasia efektivitas pembelajaran yang unik, terletak pada integrasi ilmu pengetahuan dan pembentukan akhlak mulia. Pendekatan holistik ini menciptakan lingkungan edukasi yang tak hanya mencerdaskan secara intelektual, tetapi juga mematangkan karakter santri secara spiritual dan moral.
Sistem pendidikan di pesantren berbeda dari lembaga formal pada umumnya. Fokusnya tidak hanya pada transfer pengetahuan dari guru ke murid, tetapi juga pada pembiasaan perilaku, disiplin, dan etika Islami. Rahasia efektivitas pembelajaran ini terletak pada hidup bersama di asrama, di mana santri mendapatkan bimbingan langsung dari kiai dan ustaz selama 24 jam. Setiap aspek kehidupan santri, mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur, adalah bagian dari proses pendidikan. Ini mencakup salat berjamaah, mengaji Al-Qur’an, diskusi kitab, hingga kegiatan bersih-bersih lingkungan pesantren.
Metode pengajaran tradisional seperti sorogan (santri membaca di hadapan kiai) dan bandongan (kiai menjelaskan kitab dan santri menyimak) adalah inti dari rahasia efektivitas pembelajaran di pesantren. Metode ini mendorong interaksi personal dan mendalam antara guru dan murid, memastikan pemahaman materi yang komprehensif. Selain itu, penekanan pada hafalan dan pengulangan (muraja’ah) memperkuat daya ingat dan penguasaan ilmu. Sebagai contoh, pada tanggal 14 Agustus 2025, Pondok Pesantren Darul Ulum di Jombang mengadakan acara haflah (perayaan) khataman Al-Qur’an 30 juz yang diikuti oleh 250 santri. Acara ini merupakan bukti nyata keberhasilan metode hafalan yang diterapkan secara konsisten.
Lebih dari sekadar akademik, pesantren sangat menekankan pembentukan akhlak. Santri diajarkan untuk menghormati guru, berbakti kepada orang tua, toleransi antar sesama, dan memiliki kemandirian. Nilai-nilai ini ditanamkan melalui keteladanan para kiai, nasihat, serta praktik langsung dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan pesantren. Pada hari Senin, 7 Juli 2025, sebuah lokakarya nasional tentang “Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren” diselenggarakan oleh Kementerian Agama di Bandung, dihadiri oleh ratusan pengasuh pesantren. Dalam lokakarya tersebut, seorang psikolog pendidikan, Ibu Dr. Mira Wijaya, memaparkan hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa lulusan pesantren memiliki tingkat integritas dan empati yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata. Pihak keamanan dari kepolisian turut mengamankan jalannya acara.
Dengan demikian, rahasia efektivitas pembelajaran di pesantren terletak pada sinergi antara ilmu dan akhlak. Kombinasi ini menciptakan lulusan yang tidak hanya cerdas secara intelektual dan agamis, tetapi juga memiliki karakter kuat, integritas, dan kesiapan untuk berkontribusi positif bagi masyarakat. Ini adalah model pendidikan yang relevan dan terus dibutuhkan di era modern.