Pesantren telah lama menjadi pusat pendidikan Islam yang melahirkan banyak ulama dan cendekiawan, dan salah satu rahasia di balik keberhasilan ini adalah Efektivitas Metode Sorogan dalam membentuk keilmuan santri. Ini adalah metode pembelajaran klasik yang melibatkan interaksi personal antara santri dan kiai atau ustadz, memungkinkan transfer ilmu yang mendalam dan personal. Efektivitas Metode Sorogan ini bukan hanya mitos, melainkan terbukti secara empiris dalam mencetak individu yang menguasai ilmu agama secara komprehensif. Artikel ini akan mengupas mengapa Efektivitas Metode Sorogan begitu signifikan.
Pondasi Efektivitas Metode Sorogan terletak pada sifatnya yang sangat personal dan adaptif. Dalam sesi ini, santri secara bergiliran membaca kitab kuning di hadapan pengajar. Kiai atau ustadz akan mendengarkan dengan saksama, mengoreksi setiap kesalahan bacaan, menjelaskan makna yang rumit, dan memberikan pemahaman kontekstual. Interaksi tatap muka ini memungkinkan pengajar untuk langsung mengetahui tingkat pemahaman santri, mengidentifikasi kesulitan spesifik, dan memberikan bimbingan yang disesuaikan. Berbeda dengan kelas besar, setiap santri mendapatkan perhatian penuh, sehingga tidak ada yang tertinggal dalam proses belajar. Sebuah studi kasus yang dilakukan oleh Pusat Studi Pendidikan Pesantren pada bulan Mei 2024 di beberapa pesantren salafiyah menunjukkan bahwa rata-rata pemahaman santri terhadap materi kitab kuning meningkat 40% setelah rutin mengikuti sesi sorogan selama enam bulan.
Selain transfer ilmu, Efektivitas Metode Sorogan juga terlihat dari dampaknya pada pembentukan karakter santri. Metode ini melatih kemandirian dan kedisiplinan, karena santri harus mempersiapkan diri dengan baik sebelum menghadap kiai. Mereka belajar tanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri. Keberanian untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan berdiskusi langsung dengan kiai juga diasah, menumbuhkan jiwa kritis dan analitis. Misalnya, pada Haul Kiai Haji Hasyim Asy’ari yang diperingati setiap tanggal 7 Ramadhan, banyak alumni Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang bersaksi bahwa etos keilmuan dan keberanian mereka dalam berdakwah terbentuk melalui gemblengan sorogan di bawah bimbingan para masyayikh.
Dengan demikian, Efektivitas Metode Sorogan tidak hanya terbatas pada peningkatan pemahaman tekstual, tetapi juga pada pembentukan pola pikir dan karakter seorang santri. Metode ini memastikan bahwa ilmu yang didapat tidak hanya hafalan, melainkan pemahaman yang kokoh, berakar pada sanad keilmuan yang jelas. Ini menjadikan sorogan sebagai salah satu metode pembelajaran yang tak lekang oleh waktu dan terus menjadi andalan dalam mencetak generasi ulama dan ahli agama di Indonesia.